TEMBILAHAN, Tembilahan'sNews - Letak
Kabupaten Inhil yang dikelilingi perairan berupa sungai-sungai besar dan kecil,
parit, rawa-rawa dan laut membuat sebagian masyarakat Inhil bermukim di
pinggiran perairan tersebut sangat rawan terhadap bencana tanah longsor.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Inhil mencatat, tanah longsor adalah salah satu jenis bencana alam yang tiap tahun terjadi di Kabupaten Inhil dan menempati urutan kedua yang paling sering terjadi setelah bencana kebakaran.
Sementara itu Dinas Pertambangan dan Energi (Distemben) Kabupaten Inhil mencatat dari 20 Kecamatan yang ada di Kabupaten Inhil, 6 diantaranya adalah daerah yang paling rawan terjadi tanah longsor.
Keenam kecamatan tersebut adalah Tembilahan, Tembilahan Hulu, Tempuling, Enok, Tanah Merah dan Kuala Indragiri.
Kepala Distamben Inhil, Dianto Mampanini kepada GoRiau.com, Sabtu (17/05/2014) mengatakan untuk mencegah longsor kembali terjadi pihaknya telah meminta kepada Kementerian ESDM untuk melakukan pemetaan di daerah rawan-rawan tersebut.
''Tujuan kita minta dilakukan pemetaan adalah sebagai bahan acuan untuk meminta bantuan agar di tempat-tempat rawan tersebut dapat dibangun turap sehingga bisa menahan hantaman gelombang,'' sebut Dianto.
Jika nantinya telah disetujui untuk dibangun turap maka sangat membantu masyarakat yang berdomisili di daerah-daerah rawan longsor tersebut sehingga tidak perlu lagi cemas atau selalu berpindah rumah jika sudah terlihat tanda-tanda akan terjadinya longsor.
“Kita memang yang usulkan. Namun jika sudah disetujui, pembangunannya tentu akan kita serahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum sesuai poksinya,” ujarnya. (ayu)
sumber : GoRiau.com
Enam Kecamatan di Inhil Rawan Longsor, Ini Daftar yang Dirilis Pemerintah
Dianto Mampanini
TEMBILAHAN, GORIAU.COM - Letak Kabupaten Inhil yang
dikelilingi perairan berupa sungai-sungai besar dan kecil, parit,
rawa-rawa dan laut membuat sebagian masyarakat Inhil bermukim di
pinggiran perairan tersebut sangat rawan terhadap bencana tanah longsor.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Inhil mencatat, tanah longsor adalah salah satu jenis bencana alam yang tiap tahun terjadi di Kabupaten Inhil dan menempati urutan kedua yang paling sering terjadi setelah bencana kebakaran.
Sementara itu Dinas Pertambangan dan Energi (Distemben) Kabupaten Inhil mencatat dari 20 Kecamatan yang ada di Kabupaten Inhil, 6 diantaranya adalah daerah yang paling rawan terjadi tanah longsor.
Keenam kecamatan tersebut adalah Tembilahan, Tembilahan Hulu, Tempuling, Enok, Tanah Merah dan Kuala Indragiri.
Kepala Distamben Inhil, Dianto Mampanini kepada GoRiau.com, Sabtu (17/05/2014) mengatakan untuk mencegah longsor kembali terjadi pihaknya telah meminta kepada Kementerian ESDM untuk melakukan pemetaan di daerah rawan-rawan tersebut.
''Tujuan kita minta dilakukan pemetaan adalah sebagai bahan acuan untuk meminta bantuan agar di tempat-tempat rawan tersebut dapat di bangun turap sehingga bisa menahan hantaman gelombang,'' sebut Dianto.
Jika nantinya telah disetujui untuk dibangun turap maka sangat membantu masyarakat yang berdomisili di daerah-daerah rawan longsor tersebut sehingga tidak perlu lagi cemas atau selalu berpindah rumah jika sudah terlihat tanda-tanda akan terjadinya longsor.
“Kita memang yang usulkan. Namun jika sudah disetujui, pembangunannya tentu akan kita serahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum sesuai poksinya,” ujarnya. (ayu)
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Inhil mencatat, tanah longsor adalah salah satu jenis bencana alam yang tiap tahun terjadi di Kabupaten Inhil dan menempati urutan kedua yang paling sering terjadi setelah bencana kebakaran.
Sementara itu Dinas Pertambangan dan Energi (Distemben) Kabupaten Inhil mencatat dari 20 Kecamatan yang ada di Kabupaten Inhil, 6 diantaranya adalah daerah yang paling rawan terjadi tanah longsor.
Keenam kecamatan tersebut adalah Tembilahan, Tembilahan Hulu, Tempuling, Enok, Tanah Merah dan Kuala Indragiri.
Kepala Distamben Inhil, Dianto Mampanini kepada GoRiau.com, Sabtu (17/05/2014) mengatakan untuk mencegah longsor kembali terjadi pihaknya telah meminta kepada Kementerian ESDM untuk melakukan pemetaan di daerah rawan-rawan tersebut.
''Tujuan kita minta dilakukan pemetaan adalah sebagai bahan acuan untuk meminta bantuan agar di tempat-tempat rawan tersebut dapat di bangun turap sehingga bisa menahan hantaman gelombang,'' sebut Dianto.
Jika nantinya telah disetujui untuk dibangun turap maka sangat membantu masyarakat yang berdomisili di daerah-daerah rawan longsor tersebut sehingga tidak perlu lagi cemas atau selalu berpindah rumah jika sudah terlihat tanda-tanda akan terjadinya longsor.
“Kita memang yang usulkan. Namun jika sudah disetujui, pembangunannya tentu akan kita serahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum sesuai poksinya,” ujarnya. (ayu)
Enam Kecamatan di Inhil Rawan Longsor, Ini Daftar yang Dirilis Pemerintah
Dianto Mampanini
TEMBILAHAN, GORIAU.COM - Letak Kabupaten Inhil yang
dikelilingi perairan berupa sungai-sungai besar dan kecil, parit,
rawa-rawa dan laut membuat sebagian masyarakat Inhil bermukim di
pinggiran perairan tersebut sangat rawan terhadap bencana tanah longsor.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Inhil mencatat, tanah longsor adalah salah satu jenis bencana alam yang tiap tahun terjadi di Kabupaten Inhil dan menempati urutan kedua yang paling sering terjadi setelah bencana kebakaran.
Sementara itu Dinas Pertambangan dan Energi (Distemben) Kabupaten Inhil mencatat dari 20 Kecamatan yang ada di Kabupaten Inhil, 6 diantaranya adalah daerah yang paling rawan terjadi tanah longsor.
Keenam kecamatan tersebut adalah Tembilahan, Tembilahan Hulu, Tempuling, Enok, Tanah Merah dan Kuala Indragiri.
Kepala Distamben Inhil, Dianto Mampanini kepada GoRiau.com, Sabtu (17/05/2014) mengatakan untuk mencegah longsor kembali terjadi pihaknya telah meminta kepada Kementerian ESDM untuk melakukan pemetaan di daerah rawan-rawan tersebut.
''Tujuan kita minta dilakukan pemetaan adalah sebagai bahan acuan untuk meminta bantuan agar di tempat-tempat rawan tersebut dapat di bangun turap sehingga bisa menahan hantaman gelombang,'' sebut Dianto.
Jika nantinya telah disetujui untuk dibangun turap maka sangat membantu masyarakat yang berdomisili di daerah-daerah rawan longsor tersebut sehingga tidak perlu lagi cemas atau selalu berpindah rumah jika sudah terlihat tanda-tanda akan terjadinya longsor.
“Kita memang yang usulkan. Namun jika sudah disetujui, pembangunannya tentu akan kita serahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum sesuai poksinya,” ujarnya. (ayu)
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Inhil mencatat, tanah longsor adalah salah satu jenis bencana alam yang tiap tahun terjadi di Kabupaten Inhil dan menempati urutan kedua yang paling sering terjadi setelah bencana kebakaran.
Sementara itu Dinas Pertambangan dan Energi (Distemben) Kabupaten Inhil mencatat dari 20 Kecamatan yang ada di Kabupaten Inhil, 6 diantaranya adalah daerah yang paling rawan terjadi tanah longsor.
Keenam kecamatan tersebut adalah Tembilahan, Tembilahan Hulu, Tempuling, Enok, Tanah Merah dan Kuala Indragiri.
Kepala Distamben Inhil, Dianto Mampanini kepada GoRiau.com, Sabtu (17/05/2014) mengatakan untuk mencegah longsor kembali terjadi pihaknya telah meminta kepada Kementerian ESDM untuk melakukan pemetaan di daerah rawan-rawan tersebut.
''Tujuan kita minta dilakukan pemetaan adalah sebagai bahan acuan untuk meminta bantuan agar di tempat-tempat rawan tersebut dapat di bangun turap sehingga bisa menahan hantaman gelombang,'' sebut Dianto.
Jika nantinya telah disetujui untuk dibangun turap maka sangat membantu masyarakat yang berdomisili di daerah-daerah rawan longsor tersebut sehingga tidak perlu lagi cemas atau selalu berpindah rumah jika sudah terlihat tanda-tanda akan terjadinya longsor.
“Kita memang yang usulkan. Namun jika sudah disetujui, pembangunannya tentu akan kita serahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum sesuai poksinya,” ujarnya. (ayu)
Posting Komentar